Minggu, 09 Oktober 2016

BATIK Printing KOK DI BANGGAKAN (3)


Ki Joyo merupakan pemuda asli Pasuruan. Saat wartabromo.com menyambangi sanggarnya di Dusun Pajaran, Rabu (16/12/2015), dia menyambut dengan ramah. Dia juga sangat antusias menunjukkan berbagai karya batiknya yang beragam motif.
“Sanggar ini berdiri sejak April 2011. Awalnya saya tidak pernah berfikiran pegang batik, tapi ini adalah panggilan,” ujar Feri.
Menurut dia, nama Sanggar Alam Batik diambil dari filosofi sebuah kitab maja yang mengajarkan tentang kehidupan, sebuah proses, keluhuran dan gotong royong. Karya batik yang diproduksi sanggar ini pun sangat khas dan mengandung nilai filosofis.
Sebut saja, tali sukmo, kasampurna, wahyu tirto rahaya, wahyu putro manjing, wahyu tirto keneng, satrio pring, raharjo, pakrida, gondo arum, sengkaring, sumebyareng gondo arum dan patma.
“Semua nama itu diambil secara filosofi, misalnya batik raharjo yang bermakna kesejahteraan. Motifnya masih original, desainnya juga jadi khas sanggar alam batik,” urainya.
Ki Joyo mengatakan, selain itu, sanggar batiknya juga mempertahankan bahan pewarna dari alam, seperti kulit buah jolawit, nilo, pisa orela, kulit kayu mahoni, mangga, dan matoa.
“Sanggar alam batik ini merupakan gerakan bagi masyarakat terutama bagi anak muda. Semakin banyak pemuda yang bergabung dan bermitra, jadi tujuan saya,” ungkapnya.
“Harapan saja membatik ini menjadi salah satu profesi yang dibanggakan, terutama pemuda Pasuruan,” kata dia. (roz/fyd)
SUMBER :
http://www.wartabromo.com/2015/12/16/sambang-ke-sanggar-batik-khas-kabupaten-pasuruan-1/

BATIK Printing KOK DI BANGGAKAN (2)


Maestro Pandai BATIK KITAB Kita
Sejak 2011 - Sekarang



Pasuruan - Batik Indonesia telah diakui sebagai warisan dunia atau World Heritage, oleh United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) sejak 2 Oktober 2009, silam. Presiden SBY juga telah meminta agar masing-masing daerah ikut mengembangkan batik guna meningkatkan ekonomi kreatif.
Di Indonesia, terdapat beraneka ragam batik dari berbagai daerah. Hampir di setiap Kota dan Kabupaten di Indonesia memiliki batik daerah dengan motif yang sesuai dengan ciri khas budaya dan alam suatu daerah. Demikian juga di Kota dan Kabupaten Pasuruan.
Kota Pasuruan memiliki batik khas yang bermotif Daun Sirih dan Burung Kepodang. Sedangkan, Kabupaten Pasuruan, mempunyai batik dengan motif pemandangan alam penanjakan dengan hiasan bunga-bunga Krisan dan Sedap Malam atau lebih dikenal dengan nama Batik Pakrida.
Batik Pakrida ini popular dan dikenal se-Indonesia dalam beberapa bulan terakhir setelah Bupati Pasuruan, Irysad Yusuf memperkenalkannya dalam sebuah acara talk show televisi nasional bertajuk Bukan Empat Mata.
Namun, meski telah digembar-gemborkan. Para perajin-perajin  batik di daerah termasuk di Kabupaten dan Kota Pasuruan masih kurang mendapat perhatian. Padahal, para pemimpin daerah, baik Bupati dan Walikota, mewacanakan ingin mengembangkan ekonomi kreatif, termasuk batik.
Ferry Sugeng Santoso (34) atau yang akrab disapa Ki Joyo, misalnya. Perajin batik asal Kabupaten Pasuruan ini, mengaku kecewa lantaran Batik Pakrida yang menjadi buah karyanya urung dijadikan seragam bagi PNS di Kabupaten Pasuruan.
Padahal, saat acara kunjungan Menko Kesra Agung Laksono di Sentra Bordir  Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Rabu 16 Juli 2014 lalu, Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf mengatakan bahwa batik Pakrida merupakan batik khas Kabupaten Pasuruan. Pada saat itu, kata Ki Joyo, Bupati mengatakan bahwa batik Pakrida akan dipakai PNS di Kabupaten Pasuruan.
Pada saat itu, Kabupaten Pasuruan baru saja menerima Penghargaan Baksyacaraka.  Penghargaan Baksyacaraka merupakan penghargaan yang diberikan bagi Kota atau Kabupaten yang unggul dalam pengembangan budaya kreatif dan ekonomi kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
“Sempat menjadi wacana. Rencana dari sejak awal setelah dilaunching oleh Bupati, Pakrida akan dijadikan batik khas daerah Kabupaten Pasuruan, dan juga dijadikan seragam,”terangnya.
Namun, kata Ki Joyo, apa yang menjadi harapan para pengrajin batik di Kabupaten Pasuruan itu pupus. Pasalnya, dia telah mendapat kabar bahwa Pemkab Kabupaten Pasuruan telah memesan batik sebanyak 2600 untuk para PNS di Kabupaten Pasuruan. Kekecewaanya bertambah, saat ia mengetahui bahwa batik yang dipesan untuk PNS Kabupaten Pasuruan adalah printing.
“Saya dapat kabar kalau Pemkab sudah pesan, dan pesannya bukan ke pengrajin di Kabupaten Pasuruan, tapi printing. Padahal, saya berharap itu bisa dikerjakan oleh pengarajin batik di Kabupaten Pasuruan,” terangnya.
Seharusnya, pengadaan seragam batik bisa melibatkan pengrajin-pengrajin batik di Kabupaten Pasuruan bila memang Pemkab Pasuruan konsisten untuk memberdayakan ekonomi kreatif. Dengan melibatkan para perajin batik di Kabupaten Pasuruan, setidaknya bisa memberikan semangat dan harapan bagi para perajin batik, serta memberikan tambahan penghasilan.
Pria berkacamata ini mengatakan, dirinya sendiri sudah menyampaikan gagasan tersebut kepada Bupati Pasuruan beberapa kali. Ia pun mendapat respon positif dari Bupati Pasuruan, saat itu.
“Saya minta agar teman-teman pengrajin batik di Kabupaten Pasuruan diberdayakan, sesuai dengan penghargaan Baksyaraka. Tapi kalau kenyataanya demikiaan, saya kecewa sekali, sebab teman-teman pengrajin tidak akan mendapat kesempatan untuk berkarya,” terangnya.
Ia mengatakan, sebenarnya ia juga sudah memberi ide kepada bupati, agar PNS di  Kabupaten Pasuruan mengenakan batik karya pengrajin batik seperti yang sudah dilakukan di Magelang. Tidak harus memakai batik tulis, namun minimal mengenakan batik cap yang dibuat perajin batik dari Kabupaten Pasuruan.
“Harusnya dulu Pak SBY menyampaikan bahwa tidak hanya wajib menggunakan batik saja, tetapi harus ditambahi wajib menggunakan batik hasil karya daerah masing-masing, dan yang pasti bukan printing,” jelasnya.
Senada juga dikatakan, perajin batik di Kota Pasuruan.  Muhammad Syaiful (45). Pemilik galeri batik Sekar Wangi Sejati, yang beralamat di Jalan Nyai Sarkowi, Gang Batik no 55, Tembokrejo, Kota Pasuruan ini mengaku selama ini pemerintah daerah masih setengah-setengah dalam membantu mengembangkan batik daerahnya.
Padahal, ia sangat berharap supaya seragam batik yang selama ini dipakai Pegawai Pemkot Pasuruan, adalah batik  karya pengrajin batik di Kota Pasuruan. Namun, selama ini batik dengan motif Daun Sirih dan Burung Kepodang, bukan batik tulis atau batik cap karya pengrajin batik melainkan printing.
“Kalau benar mau mendukung potensi usaha batik di Kota Pasuruan, harusnya seragam batik yang dipakai PNS-PNS itu batik tulis, bukan batik printing,” imbuhnya.
Padahal, Pemkot Pasuruan sendiri sempat berencana membuat surat edaran ke instansi non pemerintahan, BUMN serta perusahaan swasta yang berisi imbauan agar para karyawannya menggunakan batik khas Kota Pasuruan sebagai seragam kerja mereka.
Pemkot juga telah mengeluarkan kebijakan bagi pegawainya agar mengenakan seragam kerja batik khas Kota Pasuruan pada Rabu dan Kamis. Selain pegawai, pelajar SD juga diwajibkan mengenakan pakaian batik pada dua hari tersebut.
Kota Pasuruan, memiliki batik khas, dengan corak daun sirih dan burung Kepodang yang bernama Pasedhan Suropati. Sangat disayangkan itu batik printing.

sumber :
http://www.wartabromo.com/2014/10/31/batik-printing-kok-dibanggakan/

BATIK Printing KOK DI BANGGAKAN (1)

Maestro Kita
Maestro Pandai BATIK KITAB 
Sejak 2011 - Sekarang




Ferry Sugeng Santoso (34) atau yang memiliki julukan Ki Joyo ini memiliki caranya sendiri untuk ikut melestarikan warisan budaya. Pria kelahiran Pasuruan 24 April 1980 ini menuangkan keindahan alam di Kabupaten Pasuruan dalam bentuk karya batik yang memiliki nilai seni serta nilai jual yang tinggi.
Dengan tangan terampilnya, ia bisa mampu menghasilkan karya seni batik berukuran 2,5 meter persegi yang laku dijual dengan harga Rp 25 Juta. Karya-karya batiknya yang ia sebut memiliki filosofi itu juga banyak digemari oleh warga Singapura dan Malaysia.
Ditemui saat mengikuti pameran di gedung sentra bordir, Kecamatan Bangil, pria berkacamata ini menceritakan awal ia merintis usahanya. Ia mengaku sebagai seorang perajin batik tulis dengan konsep pewarnaan yang alami. Dia memanfaatkan bahan-bahan di alam untuk ia jadikan sebagai pewarna batik alami.
Sedangkan motif-motif batik yang ia hasilkan, terinsipirasi dari keindahan alam di Kabupaten Pasuruan. Misalnya keindahan gunung bromo yang dilihat dari penanjakan yang berada di Pasuruan. Sebagai contoh, dia membuat batik yang ia beri nama batik  Pakrida, singkatan dari Penanjakan dan Krisan Sedap Malam.

Kenapa Memilih Batik Tulis Asli Sesuai Unesco (2)

Bahan Yang Kita Gunakan adalah Santung, Kain Lembut Yang Adem Di Kulit
Proses produksinya menggunakan metode cap dan metode tulis,
dengan bahan pewarna sintetis maupun pewarna alami.
Khusus pewarnaan alami. kita membutuhkan beberapa langkah
dan tahapan yang berkesesuaian dengan tujuan pewarnaan,
ketebalan warna alam beserta kelembutan warna yang rapi dan tak terputus.

Tulis dan Cap Adalah Dua Teknik Membatik Yang Menjadi Warisan Budaya Indonesia.
Dua Teknik Ini Pula yang Membuat UNESCO Memasukkan BATIK
dalam DAFTAR Masterpiece of Oral dan Intangible Heritage of Humanity (2009)
Bukan Teknik Cetak Printing.

Sayang Masih Banyak Kalangan Yang TIDAK Memahami Hal Ini.



Meski tak memiliki tradisi batik, dusun yang teletak di utara Candi Borobudur ini telah mampu memproduksi batik. Rumah Kepala Dusun Gendingan pun dijadikan showroom sekaligus workshop, dimana pengunjung dapat belajar membuat batik tulis.
Adalah Jack Priyana, warga lokal, yang menggiatkan aktivitas membatik di Desa Borobudur. Sejak pertengahan 2012, kelompok ini berhasil mengajukan rancangannya untuk digunakan sebagai pengganti sarung printing yang digunakan kini.
Bahan yang digunakan adalah santung, kain lembut yang adem di kulit. Proses produksinya menggunakan metode cap, dengan bahan pewarna sintetis. Motif batik didapat Jack dari eksplorasi pahatan relief yang terdapat di Candi Borobudur. Motif ini dinamai Mandala Borobudur.

Kenapa Memilih Batik Tulis Asli Sesuai Unesco (1)


Bahan Yang Kita Gunakan adalah Santung, Kain Lembut Yang Adem Di Kulit
Proses produksinya menggunakan metode cap dan metode tulis,
dengan bahan pewarna sintetis maupun pewarna alami.
Khusus pewarnaan alami. kita membutuhkan beberapa langkah
dan tahapan yang berkesesuaian dengan tujuan pewarnaan,
ketebalan warna alam beserta kelembutan warna yang rapi dan tak terputus.

Tulis dan Cap Adalah Dua Teknik Membatik Yang Menjadi Warisan Budaya Indonesia.
Dua Teknik Ini Pula yang Membuat UNESCO Memasukkan BATIK
dalam DAFTAR Masterpiece of Oral dan Intangible Heritage of Humanitt (2009)
Bukan Teknik Cetak Printing.

Sayang Masih Banyak Kalangan Yang TIDAK Memahami Hal Ini.

Serbuan kain yang dibuat dengan metode cetak bermotif batik
adalah salah satu penyebabnya.
Terlebih lagi jenis kain ini banyak yang tidak berasal dari Indonesiam
namun dari negara lain, seperti China.

Masyarakat dan Pembeli Yang Terpicu dengan Harganya Yang Murah,
Akibat pembuatan Massal Nan Cepat,
hal yang tidak mungkin di penuhi dan tidak bisa di paksakan pada
Pengrajin Pandai Batik Tulis dan Cap Tangan Asli.

Membuat Kain Motif Batik dengan Cara Printing bertebaran dan laku di pasaran.
Masyarakat merasa telah melestarikan budayanya tanpa tahu
malah ikut membunuh karakter jati diri bangsa, jati diri batik karya manusia Indonesia.
Tanpa tahu malah ikut membunuh budaya bangsa nya sendiri,
dengan membeli Kain Motif Batik dengan Cara Printing ini,
Itu Bukanlah Kain Batik Tulis dan Batik Cap Tangan Yang di Akui UNESCO.

Di sisi lain, para pengusaha yang tidak memahami kesejatian ke Indonesiaan
dan Batik Tulis Asli dan Batik Cap Tangan Asli,
Produsen dan pengusaha kain printing bermotif batik ini,
Meneguk Keuntungan instan, tanpa peduli bahwa ia
telah menodai warisan peninggalan nenek moyang bangsa ini
dan bangsanya, jika mereka berwarga negara Indonesia ini.